Tuesday, November 14, 2017



PERILAKU MAKAN ORANG BETAWI


http://www.jakarta.go.id, Kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat pada saat makan merupakan bagian dari ekspresi kebudayaan lokal yang mendapat pengaruh dari tradisi, tingkat ekonomi, latar belakang pendidikan, dan arus informasi. Dalam masyarakat Betawi terdapat satu tradisi yang berhubungan dengan kebiasaan makan, yaitu nyarap, makan siang, dan makan besar (makan malam). Kebiasaan nyarap berlangsung pada pagi hari. Kemudian makan siang biasanya berlangsung antara pukuI 12.30 sampai 13.30. Namun tidak semua dapat berkumpul makan siang, karena mungkin ada anggota keluarga yang masih berada di luar rumah (sekolah ataupun bekerja). Hidangan makan siang lebih lengkap dari pada nyarap, terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur mayur, dan kadang-kadang dilengkapi dengan emping/kerupuk merah, perkedel, acar/lalapan berikut sambalnya. Kemudian untuk makan besar (malam), biasanya ibu rumah tangga memasak lagi. Pada kesempatan ini seringkali semua anggota keluarga dapat hadir. Hidangan terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur mayur, ditambah hidangan pelengkap. Kadangkala bertempat di meja makan, namun bagi keluarga yang tidak mampu cukup di bale atau di lantai yang diberi alas. Seluruh keluarga ngeriung (berkumpul) di tempat makan itu. Apabila mampu hidangan ditutup dengan pencuci mulut, misalnya kolak atau setup, bagi orang tua kadangkala sambil ngupi.

Alat-alat makan selain piring, yang terpenting adalah tempat cuci tangan atau centangan. Selain itu juga dilengkapi dengan sendok (makan dan sayur), garpu, dsb. Beberapa hal sebagai pantangan diwaktu makan diantaranya: piring tidak boleh ditampa karena dianggap dapat mempersulit kedatangan rejeki; tidak dibenarkan makan nyiplak, yakni mengunyah makanan dengan menimbulkan bunyi-bunyian mulut yang bergemerisik; tidak boleh makan seperti kucing, yakni mencium-cium dulu makanan sebelum menyantap ataupun menjilati piring setelah makan; nyeruput kuah sayur langsung dari tempat sayur; makan di ambang pintu dan berdiri; makan sambil berbicara; apabila ada orang makan dilarang nyantong, yaitu berdiri memperhatikan orang makan dengan pandangan yang berselera; celamitan, yaitu meminta makanan orang lain. Adapun beberapa tindakan yang kurang terpuji, diantaranya: betahak atau sendawa dikala makan; kentut disaat makan tidak dibenarkan; makan sekenyang-kenyangnya sehingga kemelekeren; mindo, yaitu makan diantara nyarap dan makan siang, atau makan siang dan makan besar, atau setelah makan besar. Orang yang suka mindo disebut gembul atau jaga rasmi (pengawal penguasa).

Orang Betawi terbiasa mengajak tamu ikut makan, saat datang waktu makan. Ajakan makan itu seringkali agak memaksa walau tamu sudah makan. Mengajak makan tamu jika direncanakan (ngajak/ngundang makan), artinya tamu sudah ada di rumah satu atau dua jam sebelum waktu makan tiba dan diupayakan dengan menghidangkan makanan istimewa. Bahkan kadangkala tuan rumah menyembelih hewan peliharaannya seperti ayam atau kambing. Diakhir jamuan makan besar atau undangan seringkali dihidangkan makanan penutup atau cuci mulut, berupa buah-buahan seperti pisang atau mangga.

Seiring dengan perkembangan zaman, kebiasaan atau perilaku makan masyarakat Jakarta sudah mengalami perubahan. Kebiasaan nyarap bisa dilakukan sambil jalan, atau ditempat tujuan seperti kantor, sekolah, atau kampus. Mereka umumnya lebih suka jajan, dan juga makanan pokok sudah berubah bukan lagi beras namun tepung terigu, bahkan kecenderungan mengkonsumsi mie instan lebih dipersering. ApabiIa di zaman dahulu makan berfungsi sebagai sarana untuk mengakrabkan keluarga, kemudian berubah menjadi cara mencari kesenangan atau relaxing bersama relasi, teman-teman dsb. Hal itu ditambah dengan masuknya nila-nilai budaya barat di kalangan generasi muda dan masyarakat luas.

Komentar: